Sabtu, 20 November 2021

SEMBUHKAN POST TRAUMATIC STRESS DISORDER DENGAN BERMAIN TETRIS

            Post Traumatic Stress Disorder umumnya disebabkan oleh cedera serius yang dirasakan dari kematian, atau ancaman terhadap integritas fisik diri sendiri atau orang lain yang dapat menyebabkan penyakit yang berpotensi kronis dan melemahkan, yang disebut dengan gangguan Post Traumatic Stress Disorder (levers, 2012) Post Traumatic Stress Disorder ditandai dengan sekelompok gejala yang mencakup pikiran yang terus menerus terganggu, penghindaran, dan hyperarousal.

            Klasifikasi umum jenis trauma psikologis atau fisik yang dapat menginduksi Post Traumatic Stress Disorder mencakup penyalahgunaan (mental, fisik, seksual, atau lisan), bencana (kecelakaan, bencana alam, atau terorisme), serangan kekerasan (kekerasan, perkosaan, atau baterai), dan eksposur (obyek yang rentan terhadap resiko). Perkiraan prevalensi seumur hidup dari pengidap Post Traumatic Stress Disorder pada populasi orang dewasa umum di Amerika Serikat adalah 1% - 12% (Lange, J., Lange, C., & Cabaltica, 2000; Yehuda, 2004), dengan perkiraan 30% dari pria dan wanita yang telah didiagnosis dengan gangguan tersebut (Kessler, Sonnega, Bromet, Hughes, & Nelson, 1995;. Kulka et al, 1990).

            Penanganan Post Traumatic Stress Disorder ada dua macam terapi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita Post Traumatic Stress Disorder, yaitu dengan 7 menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi. Pengobatan farmakoterapi dapat berupa terapi obat hanya dalam hal kelanjutan pengobatan pasien yang sudah dikenal. Dalam cognitive therapy, terapis membantu untuk merubah kepercayaan yang tidak rasional yang mengganggu emosi dan kegiatan sehari-hari klien. dalam exposure therapy, para terapis membantu menghadapi situasi yang khusus, orang lain, obyek, memori atau emosi yang mengingatkan pada trauma dan menimbulkan ketakutan yang tidak realistik dalam kehidupannya.

            Selain dari metode pangananan yang telah disebutkan di atas, Post Traumatic Stress Disorder juga dapat ditangani dengan metode bermain atau Play Therapy yang biasa diterapkan dalam upaya penanganan anak penderita Post Traumatic Stress Disorder. Dan juga penerapan Mindfulness Based Cognitive Therapy yang bertujuan untuk mengurangi jumlah kenangan generik atau kenangan yang berulang. Contoh dari penerapan kedua metode di atas salah satunya adalah dengan bermain game Tetris.

            Tetris adalah game bergenre arcade yang populer pada tahun 90 - an bahkan sampai sekarang. Game ciptaan Alexy Panjitnov ini merupakan game puzzle bertajuk game tile - matching yang bertujuan untuk menyusun berbagai bentuk geometrik yang disebut “tetriminos” sehingga menjadi satu kesatuan garis lurus. Meskipun terdengar sangat sederhana untuk dimainkan, ternyata tetris memiliki tingkat kesulitan yang tinggi sehingga membutuhkan konsentrasi yang sangat tinggi untuk bisa menyelesaikan permainan nya tanpa kesalahan.

            Tetris juga berguna pada pengobatan Post Traumatic Stress Disorder. Pengidap gangguan ini akan memiliki kesulitan untuk melupakan trauma atau malah tidak bisa ingat pada kejadian tersebut. Para peneliti menyimpulkan bahwa area untuk pemprosesan visuospatial di otak juga merupakan area penting yang digunakan dalam bermain Tetris. Ahli psikologi Profesor Emily Holmes dari University of Karolinska telah bertahun-tahun mengeksplorasi manfaat medis dari tetris. Prof Emily mengatakan permainan tetris bisa sangat kuat melibatkan kemampuan memori visual sehingga bisa dipakai seperti untuk mencegah kondisi Post Traumatic Stress Disorder.

            Dalam studi yang dipublikasi dalam jurnal Molecular Psychiatry, Prof Emily membuktikannya dengan melakukan eksperimen pada 71 pasien kecelakaan di rumah sakit. Mereka diminta untuk membayangkan kecelakaan yang baru saja dialami lalu kemudian bermain tetris. Setelah 20 menit bermain, para pasien sudah cukup terdistraksi sehingga memori kecelakaan tidak lagi terbentuk di otaknya.

            Setelah paparan suatu peristiwa, jejak memori peristiwa itu harus dikonsolidasikan ke dalam memori jangka panjang agar dapat diakses untuk recall nanti. Tak lama setelah peristiwa tersebut, jejak memori tetap dalam keadaan labil karena terkonsolidasi, dan rentan  terhadap interferensi. Melakukan tugas yang tidak terkait sementara memori untuk suatu peristiwa berada dalam keadaan labil dapat mengurangi pengambilan berikutnya. Selain itu, telah diusulkan bahwa setelah reaktivasi, memori kembali memasuki keadaan labil dan harus dikonsolidasikan kembali menjadi memori jangka panjang. Selama proses rekonsolidasi ini, jejak memori juga rentan terhadap gangguan.

            Dengan memanfaatkan kondisi memory otak yang labil tersebut, maka pemprosesan visuospatial di otak yang awalnya secara berulang - ulang menampilkan kejadian atau peristiwa yang membuat mereka mengidap Post Traumatic Stress Disorder mejadi secara berulang - ulang menampilkan balok – balok tetris. Hal ini terjadi karena memainkan tetris selama 20 menit tersebut membutuhkan tingkat konsentrasi yang tinggi, sehingga memory otak para pengidap Post Traumatic Stress Disorder yang memainkan game ini memproses secara menyuluruh kejadian visual yang terjadi dalam game tetris ini. 

            Bentuk – bentuk balok tetris atau tetriminos menjadi salah satu penyebab memory otak visual dapat mengingat game ini lebih jelas daripada kejadian atau peristiwa yang awalnya membuat mereka mengidap Post Traumatic Stress Disorder. Bentuk tetrimino berasal dari 7 huruf yaitu huruf I, O, T, S, Z, J, dan L. Setelah mengalami pembaruan versi, dimana pada versi terbaru game tetris memiliki warna – warna yang berbeda pada setiap bentuk balok tetriminos. Warna yang dipakai pada balok tetriminos merupakan warna – warna yang mencolok seperti warna biru muda untuk bentuk tetrimino I,  warna kuning untuk bentuk tetrimino O,  warna ungu untuk bentuk tetrimino T,  warna hijau untuk bentuk tetrimino S,  warna merah untuk bentuk tetrimino Z,  warna biru tua untuk bentuk tetrimino J,  dan warna oranye untuk bentuk tetrimino L. Warna – warna tersebut menjadi efek visual yang membuat memory otak mengingat dengan jelas bentuk – bentuk visual dari balok tetrimino dan melupakan peristiwa atau kejadian yang membuat mereka mengalami Post Traumatic Stress Disorder.

            Gameplay dari tetris sendiri sangat mudah, sehingga semua orang dapat dengan mudah memainkan game ini. Kemudahan dalam bermain game tetris dapat memberikan efek rasa senang dan gembira kepada para player yang memainkan game ini. Efek rasa senang dan gembira ketika mamainkan game ini dapat memudahkan orang penderita Post Traumatic Stress Disorder menurunkan ingatan tentang trauma yang dialami nya secara perlahan. Penderita Post Traumatic Stress Disorder  yang memainkan game tetris selama 20 menit mengalami penurunan pada rasa stress yang dialaminya dibandingkan dengan penderita Post Traumatic Stress Disorder  yang ditangani dengan metode terapi lain yang masih mengandalkan pendakatan psikologis.

            Dapat diambil kesimpulan bahwa Intervensi saat ini untuk Post Traumatic Stress Disorder  memiliki sejumlah keterbatasan sehubungan dengan tingkat respons dan kemanjuran jangka panjang, dan ada kebutuhan yang signifikan untuk intervensi terapeutik tambahan yang dapat bertindak sebagai tambahan untuk psikoterapi tradisional. Dengan demikian, bermain tetris dapat menjadi salah satu alternatif untuk melakukan terapi penyembuhan memory otak pada pengidap Post Traumatic Stress Disorder.

  

0 komentar

Posting Komentar

Blogroll